Keberagaman dan keunikan budaya Papua terlihat dari rumah adatnya. Di Papua terdapat berbagai suku dengan bentuk rumah adat Papua yang berbe...
Rumah Adat Di Papua Dikenal Dengan Nama
Sabtu, April 06, 2024
Daftar Isi [Tampil]
Keberagaman dan keunikan budaya Papua terlihat dari rumah adatnya. Di Papua terdapat berbagai suku dengan bentuk rumah adat Papua yang berbeda-beda.
9 Rumah Adat Papua Beserta Nama, Keunikan, Keistimewaan, dan Gambar Lengkapnya! – Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman budaya di dunia.
Salah satu bentuk keanekaragaman budaya adalah rumah pribadi. Yuk, simak semua informasi mengenai rumah adat Papua di artikel ini!
Di bawah ini adalah daftar rumah adat Papua beserta nama, ciri khas, ciri dan gambarnya.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai kekayaan keberagaman budaya dan kekayaan tradisi.
Budaya yang cukup unik adalah yang berasal dari wilayah paling timur Indonesia Papua.
Sebelum ditetapkan sebagai Papua, Papua dikenal sebagai Irian Barat pada tahun 1969 hingga 1973 dan sebagai Irian Jaya pada tahun 2002.
Saat itu, provinsi ini berganti nama menjadi Papua berdasarkan Undang-Undang Otonomi Khusus Papua Nomor 21 Tahun 2001.
Pada tahun 2004, Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; khususnya bagian timur tetap menggunakan nama Papua, sedangkan bagian barat menjadi Provinsi Papua Barat (Irian Jaya Barat).
Berbicara mengenai budaya, Papua mempunyai keberagaman dan keunikan tersendiri yang menjadi daya tarik dan ciri khas tersendiri.
Keberagaman dan keunikan budaya Papua terlihat dari rumah adatnya.
Oleh karena itu, berikut ini Panduancode.com telah merangkum seluruh informasi tentang berbagai rumah adat Papua beserta gambar dan deskripsinya.
1. Rumah Honai
Rumah Honai merupakan rumah adat Papua yang paling terkenal. Rumah Honai dikenal juga dengan nama 'Onai' yang berarti rumah.
Yang perlu anda ketahui, Rumah Honai merupakan rumah adat suku Dani yang ada di Wamena.
Rumah Honai, rumah adat Papua yang paling terkenal dan sering dijadikan “duta” rumah adat Papua, banyak ditemukan di lembah dan pegunungan Papua tengah dan oleh warga sekitar.
Rumah Honai masih digunakan sebagai tempat tinggal suku Dani hingga saat ini.
Rumah honai seringkali dibangun secara berkelompok. Jika Anda menemukan rumah Honai, Anda pasti bisa melihat rumah Honai lain di dekatnya.
Sebab, sebuah keluarga membutuhkan lebih dari satu rumah Honai untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal banyak anggota keluarga.
Berbeda dengan rumah pada umumnya, di rumah Honai masyarakat Dani tidak menyediakan sofa, kursi atau tempat duduk lainnya.
Apabila tuan rumah mempunyai tamu, maka tamu tersebut dipersilahkan duduk di atas rumput atau tikar bersama tuan rumah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan persatuan.
Rumah Honai yang biasa ditinggali laki-laki dewasa disebut juga Rumah Honai Pilamo.
Rumah adat Papua yang satu ini memiliki keunikan, terlihat dari bentuk rumahnya yang bulat, atapnya berbentuk kerucut seperti jamur, dan berpintu tunggal tanpa jendela.
Atap rumah Honai biasanya terbuat dari jerami dan dindingnya terbuat dari kayu.
Atap rumah Honai sengaja dibuat berbentuk kerucut tumpul untuk meredam udara dingin dan mencegah air hujan.
Menariknya, atap rumah Honai terbuat dari tumpukan daun sagu, jerami kering, atau alang-alang.
Meski terkesan ringkih dan lemah, namun atap rumbia atau alang-alang pada rumah Honai ternyata memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Papua.
Artinya mereka adalah orang-orang yang mandiri, kritis, kuat, dan mudah beradaptasi.
Dari segi ketinggian, tinggi rumah Honai hanya berkisar 2,5 meter, dan luas ruangan sekitar 5 meter.
Rumah Honai sengaja dibuat dengan ukuran kecil untuk menciptakan udara hangat di dalam ruangan rumah.
Dikecilkannya dimensi rumah Honai bukan tanpa alasan.
Karena rumah honai pada umumnya berada di daerah pegunungan Papua yang beriklim dingin, maka rumah adat ini dibentuk agar tahan terhadap dinginnya cuaca di sana.
Karena ruangan rumah sempit, suhu di dalam rumah bisa meningkat.
Rumah Honai memiliki keunikan tidak hanya pada bentuknya tetapi juga fungsinya. Banyak orang yang tidak menyangka jika rumah mungil ini terdiri dari dua lantai, yang masing-masing lantai memiliki fungsi berbeda-beda.
Umumnya lantai satu digunakan untuk tidur dan lantai dua digunakan untuk istirahat, makan dan aktivitas keluarga lainnya.
Rumah adat Papua yang satu ini tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tapi juga sebagai tempat menyimpan berbagai perlengkapan berburu dan perang lho.
Rumah Honai juga digunakan untuk menyusun strategi pertempuran, menyimpan segala macam simbol dan perlengkapan warisan nenek moyang, bahkan menjadi tempat penyimpanan mayat yang diawetkan sebagai mumi.
2. Ebei Evi (Mereka)
Rumah Ebei atau Huma merupakan rumah adat Papua selanjutnya yang akan dibahas PC.
Meski sekilas bentuknya sama dengan rumah Honai, namun yang membedakan rumah Ebei dengan rumah Honai adalah siapa yang tinggal di dalamnya.
Jika rumah Honai ditempati oleh laki-laki dewasa suku Dani, maka rumah Ebei hanya dihuni oleh perempuan dewasa dan gadis suku Dani.
Namun, anak laki-laki yang belum dewasa diperbolehkan tinggal di rumah ini untuk sementara waktu.
Rumah Ebei terdiri dari dua kata: Ebe dan Ai. Dimana Ebe berarti badan dan Ai berarti perempuan. Secara bahasa, rumah Ebei dapat diartikan sebagai tubuh perempuan.
Di rumah Ebei, sang ibu mengajari putrinya yang sedang beranjak dewasa dan mempersiapkan pernikahan berbagai hal agar ia siap menjadi istri dan ibu yang baik di kemudian hari.
Di rumah Ebei, perempuan Papua juga memasak, menjahit, membuat kerajinan tangan, dan lain-lain. Berbagai aktivitas mereka lakukan.
Bagi masyarakat Papua, rumah Ebei mempunyai filosofi penting. Bentuknya yang seperti lingkaran menunjukkan bahwa suku Dani mempunyai persatuan dan solidaritas yang kuat.
Rumah Ebei juga menjadi simbol kehormatan dan martabat suku Dani.
Rumah Ebei tingginya 2 sampai 2,5 meter, beratap jerami dan alang-alang berbentuk seperti ini.
Rumah adat Papua ini didesain hanya memiliki satu pintu untuk masuk dan keluar rumah.
Hal ini dilakukan untuk meminimalkan ventilasi agar udara di dalam rumah tetap hangat meski udara di luar sangat dingin.
Desain rumah adat Ebei berbentuk lingkaran juga memiliki tujuan tersendiri, yaitu untuk beradaptasi dengan cuaca dingin dan angin yang sangat kencang di wilayah Papua.
Sedangkan untuk struktur rumahnya, rumah Ebei berasal dari lingkungan alam seperti kayu, ranting, akar pohon, alang-alang dan jerami.
3. Hunila Evi
Rumah adat Papua selanjutnya adalah rumah Hunila. Rumah Hunila, rumah adat suku Dani, mempunyai bentuk yang lebih panjang dan lebar dibandingkan dengan rumah Honei dan rumah Ebei.
Biasanya rumah adat ini digunakan untuk menyimpan berbagai peralatan dapur dan bahan makanan.
Uniknya, rumah Hunila juga digunakan sebagai dapur umum bersama antara beberapa rumah Honai dan Ebei untuk memproduksi makanan bagi seluruh rumah.
Bahan makanan yang sering diolah oleh masyarakat Dani adalah sagu dan ubi jalar.
Setelah kami selesai memasak bersama di rumah Hunila, makanan yang sudah dimasak akan dibagikan kepada masing-masing keluarga dan Pilamo (laki-laki dewasa).
4. Rumah Wamai
Selain ketiga rumah adat sebelumnya, suku Dani juga mempunyai jenis rumah adat lainnya yaitu rumah Wamai.
Banyaknya jumlah rumah adat secara tidak langsung menandakan bahwa suku Dani telah mempunyai kehidupan yang terstruktur.
Dahulu rumah Honai merupakan rumah khusus laki-laki dewasa, sedangkan rumah Ebei diperuntukkan bagi perempuan dewasa dan anak perempuan suku Dani, serta rumah Hunila digunakan sebagai dapur umum.
Rumah Wamai berfungsi sebagai kandang hewan. Hewan yang biasa ditempatkan di rumah Wamai adalah ayam, babi, kambing, dan anjing.
Nama Wamai berasal dari nama hewan utama yang biasa dipelihara masyarakat Dani yaitu babi (wam).
Bangunan rumah Wamai dianggap istimewa bagi masyarakat Dani, mengingat babi merupakan hewan yang sangat berharga bagi mereka.
Sedangkan dari segi bentuk bangunannya, rumah Wamai mempunyai bentuk yang hampir mirip dengan rumah Honai.
Namun rumah Wamai tidak memiliki dinding yang seluruhnya berbentuk lingkaran. Beberapa sumber menyebutkan bahwa dinding rumah Wamai terkadang berbentuk persegi atau persegi panjang.
Rumah Wamai juga berbeda-beda ukurannya antara satu rumah Wamai dengan rumah Wamai lainnya.
Bentuk dan ukuran rumah Wamai cukup fleksibel disesuaikan dengan jumlah hewan yang akan ditempatkan di dalam rumah.
5. Rumah Mobil
Setelah membahas tentang rumah adat Suku Dani, kali ini PC akan beralih ke rumah adat Suku Tobati-Enggros yang bernama rumah Kariwari.
Tidak dapat dipungkiri bahwa rumah adat Papua mempunyai keunikan tersendiri yang perlu digali.
Rumah Kariwari sendiri memiliki atap berbentuk limas segi delapan. Bahkan, seperti diketahui, bisa sampai tiga kali lipat.
Bentuk segi delapan mempunyai arti yang beragam bagi masyarakat suku Tobati-Enggros.
Masyarakat Tobati-Enggros percaya bahwa bentuk atap segi delapan dapat memperkuat rumah dalam menghadapi segala cuaca, terutama saat cuaca dingin dan angin bertiup kencang.
Selain itu, bentuk segi delapan yang bertepi lancip melambangkan kedekatan manusia dengan Tuhan dan nenek moyang sebelum dia.
Meski begitu, ternyata rumah Kariwari tidak dijadikan tempat tinggal oleh masyarakat suku Tobati-Enggros, baik kepala suku maupun masyarakat biasa.
Rumah Kariwari juga tidak berfungsi sebagai tempat hukum atau politik.
Rumah Kariwari dibangun untuk tujuan pendidikan dan ibadah. Oleh karena itu tidak heran jika rumah Kariwari menjadi tempat suci dan sakral bagi suku Tobati-Enggros.
Rumah Kariwari biasanya bisa Anda lihat di dekat Teluk Yotefa dan Danau Sentani, Jayapura.
Karena lokasinya yang cukup dekat dengan garis pantai, rumah adat Papua ini dibangun tegak lurus dengan gelombang laut.
Rumah Kariwari sendiri terbuat dari bahan kayu, daun pohon sagu, kayu ulin, bambu dan pohon asli Papua lainnya.
Sedangkan rangka utama rumah terbuat dari kayu yang diikat menggunakan tali rotan pilihan. Menariknya, rangka rumah Kariwari ini hanya membutuhkan delapan potong kayu saja lho.
Selain itu, rumah Kariwari juga dibangun dengan pola linier sejajar yang terdiri dari dua baris rumah yang saling berhadapan dan berjejer di sepanjang pantai.
Demi keamanan dan hubungan kekeluargaan yang erat, jarak rumah satu dengan rumah lainnya disesuaikan agar tidak terlalu jauh.
Rumah Kariwari terbaru dengan tinggi 20 hingga 30 meter ini memiliki tiga lantai dan satu ruangan di setiap lantainya.
Khusus untuk lantai satu sering digunakan untuk mempersiapkan remaja putra menjadi pria dewasa yang kuat, bertanggung jawab, dan cakap.
Anak laki-laki akan direkrut ketika mereka berusia minimal dua belas tahun dan akan diajari keterampilan mencari nafkah, bertanggung jawab terhadap keluarga, hidup mandiri, berburu, membuat senjata, mengukir, mengajarkan teknik bertarung, bertani, dll. akan diangkat ke posisi yang relevan.
Sedangkan lantai dua digunakan untuk pertemuan antar kepala suku atau tokoh adat yang membahas isu-isu penting.
Lantai tiga biasanya digunakan untuk sembahyang atau berdoa kepada leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Rumah Rumsram
Lalu ada rumah Rumsram, rumah adat Papua suku Biak Numfor yang berada di wilayah pesisir utara Papua. Atap rumah adat Papua ini bentuknya seperti perahu yang terbalik.
Kabarnya, desain atap rumah adat ini dipengaruhi oleh profesi yang sebagian besar adalah pelaut.
Sama seperti rumah Kariwari, rumah Rumsram tidak dibangun untuk tempat tinggal, melainkan difungsikan sebagai tempat membesarkan anak-anak lelaki yang dewasa dan berpikir.
Umumnya, ketika anak laki-laki mencapai usia 6 hingga 8 tahun, ia akan diberikan pelatihan Rumsram yang diberikan di rumah Rumsram.
Pendidikan rumsram diberikan untuk mempersiapkan anak menjadi manusia dewasa yang mandiri, bertanggung jawab, dan siap menjadi kepala keluarga.
Pelajaran yang umumnya diberikan antara lain mengukir, membuat perisai, teknik bertarung, membuat perahu, dll. terletak. Oleh karena itu, perempuan tidak diperbolehkan memasuki rumah adat ini.
Dari segi konstruksi, rumah Rumsram memiliki tinggi 6 hingga 8 meter dan terbagi menjadi dua lantai.
Lantai pertama digunakan untuk memberikan pelatihan Rumsram kepada anak laki-laki.
Lantai satu didesain terbuka dan tanpa dinding partisi sehingga mereka bisa belajar dengan leluasa.
Bicara soal tembok, dinding rumah Rumsram terbuat dari bambu air dan daun sagu.
Sedangkan tanahnya ditutupi kulit pohon dengan atap berbentuk perahu terbalik yang terbuat dari daun sagu kering.
Upaya pelestarian rumah Rumsram kini dilakukan oleh pemerintah setempat.
Bukti lain keseriusan pemerintah daerah adalah rencana penerbitan Peraturan Daerah (Perbup) yang mewajibkan atap gedung pemerintah dan swasta berbentuk perahu terbalik.
7. Rumah Pohon
Selain enam rumah adat Papua sebelumnya, suku pedalaman lainnya di Papua juga mempunyai rumah adat yang unik. Rumah adat ini dinamakan Rumah Pohon, dibangun oleh suku Korowai.
Menyesuaikan dengan kondisi alam, rumah pohon dibangun di atas dahan pohon yang tingginya bervariasi antara 15 hingga 50 meter.
Jika Anda takut ketinggian, mungkin Anda perlu berpikir dua kali untuk naik ke puncak rumah adat Papua ini.
Rumah Pohon dirancang oleh masyarakat Korowai untuk menangkal ancaman serangan binatang buas dan makhluk gaib jahat bernama Laleo.
Perlu kalian ketahui kalau Laleo ini merupakan makhluk jahat yang bentuknya diyakini seperti mayat hidup dan biasa berkeliaran di malam hari.
Masyarakat Korowai percaya jika rumahnya lebih tinggi maka mereka akan lebih aman dan terlindungi dari roh jahat.
8. Rumah Kelabang
Rumah Seribu Kaki merupakan rumah adat Papua yang dibangun oleh Suku Arfak dan biasanya terletak di Kabupaten Manokwari.
Rumah adat Papua ini dinamakan rumah Kaki Seribu karena terdapat banyak tiang penyangga di bawah rumah.
Tiang-tiang penyangga rumah jika dilihat sekilas menyerupai kelabang.
Ketinggian rumah Kaki Seribu yang memiliki luas kurang lebih 8 x 6 meter ini berkisar antara 1 hingga 1,5 meter. Berkat ketinggian tersebut, masyarakat Suku Arfak percaya bahwa rumah Kelabang aman dari serangan binatang buas.
Untuk meredam udara dingin di sekitarnya, rumah Kaki Seribu didesain tidak memiliki jendela sehingga udara hanya bisa masuk melalui pintu.
Atap pintu rumah adat ini terbuat dari rumput ilalang dan lantainya dari anyaman rotan.
Dinding rumah terbuat dari kayu yang disusun dengan cara menyambung secara horizontal dan vertikal.
Rumah Seribu Kaki merupakan tipe rumah puncak bukit khas Manokwari.
Namun yang membedakan mod Aqi Aksa dengan rumah puncak bukit lainnya adalah terdapat banyak tiang pondasi yang terletak di bawah rumah yang menjadi penyangga utama pembangunan rumah tersebut.
9. Rumah Yahudi
Rumah Yahudi merupakan rumah adat Papua milik suku Asmat yang juga sangat populer di Indonesia. Rumah Yahudi yang berbentuk rumah panggung ini mempunyai bentuk persegi panjang dengan luas 1-0 x 15 meter.
Uniknya, rumah adat Papua ini tidak menggunakan paku sebagai penghubung antar kayu lho. Kayunya dilekatkan hanya dengan menggunakan akar rotan pilihan.
Rumah Yahudi dimaksudkan dan hanya boleh ditempati oleh pria yang belum menikah.
Anda juga harus tahu bahwa anak laki-laki dan perempuan di bawah usia 10 tahun tidak diperbolehkan masuk.
Hal inilah yang membuat rumah adat Papua ini sering disebut dengan rumah Bujang.
Di rumah orang Yahudi, pria lajang saling belajar, mulai dari bujangan senior hingga pria yang sudah menikah.
Di rumah ini mereka diajarkan cara mengolah sumber daya, mengembangkan pendidikan budaya, keterampilan dan kemampuan.
Tak hanya itu, rumah Yahudi juga kerap dijadikan tempat berlangsungnya perundingan mengenai kehidupan warga sekitar.
Rumah ini juga berfungsi sebagai tempat warga mendamaikan perselisihan, merencanakan pesta adat, mengadakan pertemuan adat, perdamaian, perang bahkan upacara adat.
Demikianlah informasi yang dapat PC bagikan kepada Anda mengenai deretan rumah adat Papua, lengkap dengan informasi dan gambarnya.
Semoga informasi diatas dapat bermanfaat bagi anda yang ingin mengetahui keanekaragaman budaya yang ada di Papua.
Jika Anda ingin mempelajari tentang rumah adat lainnya, Anda dapat mengunjungi situs blog Panduancode.com dan mencari informasi di sana.
Bantu Apresiasi Bantu berikan apresiasi jika artikelnya dirasa bermanfaat agar penulis lebih semangat lagi membuat artikel bermanfaat lainnya. Terima kasih.